Makalah Karakteristik Perubahan Hasil Belajar



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada dasarnya, setiap individu memiliki ciri-ciri dan karaktaristik yang berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan tersebut makin ketara sejalan dengan perkembangan individu seseorang menurut landgen (1980 : 578) merupakan fariasi yang terjadi, baik aspek fisik maupun psiokologis.
Seperti manusia memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh seseorang dari lingkungan baik lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat dimana ia bertempat tinggal.
Salah satu yang bisa merubah karakter seseorang ialah lingkungan dimana ia belajar (sekolah). Pada hakekatnya, belajar adalah suatu proses kejiwaan atau peristiwa pribadi yang terjadi didalam diri setiap individu. Proses belajar itu sendiri apabila berjalan dengan baik, kelak akan memberi hasil yang kita sebut “Hasil Belajar”.
Hasil belajar itu tidak akan bisa kita capai jika dalam diri kita sendiri tidak terjadi proses belajar. Jadi kita tidak usah heran apabila kita merasa tidak mencapai hasil apa-apa jika memang dalam diri kita tidak pernah terjadi proses belajar itu. Kalau proses itu berlangsung kurang mantap, maka hasilnya pun tidak akan memuaskan.
Setiap orang bisa dikatakan selalu belajar dan juga dalam arti tertentu mengajar. Misalnya guru mengajar murid-muridnya. Pelatih mengajar para olahragawan, ibu rumah tangga mengajar pembantu rumah tangganya, dokter mengajar pasien-pasiennya tentang cara-cara penjagaan kesehatannya, kepala kantor mengajar pegawai-pegawainya, dan sebagainya.
Kenyataan bahwa belajar dan mengajar adalah masalah setiap orang, maka perlu dan penting menjelaskan dan merumuskan masalah belajar itu, terutama bagi kaum pendidik propesional agar proses tersebut dapat menghasilkan perubahan karakter pada seseorang (siswa).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Apa Belajar Itu
Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan banyak kegiatan yang sebenarnya, merupakan gejala belajar, dalam arti mustahil kita bisa melakukan sesuatu kegiatan, kalau kita tidak belajar terlebih dahulu terhadap sesuatu yang akan kita lakukan. Misalnya kita mengenakan pakaian, kita makan menggunakan alat-alat makan, kita berkomunikasi satu sama lain dalam bahasa nasional, dan banyak lagi aktivitas-aktivitas yang oleh hampir setiap orang dapat disetujui kalau itu adalah disebut perbuatan belajar.
Pada definisi lain belajar adalah sebuah proses yang terjadi dalam otak manusia. Saraf dan sel-sel otak yang bekerja mengumpulkan semua yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan lain-lain lantas disusun oleh otak sebagai hasil belajar. Itulah sebabnya orang tidak bisa belajar jika fungsi otaknya terganggu.
Belajar memang merupakan peristiwa yang terjadi dalam diri manusia, hingga kini para ahli tidak mengetahui seratus persen bagaimana proses terjadinya peristiwa itu. Pada masa lalu, ada ahli yang percaya bahwa peristiwa belajar semata-mata merupaan proses kimia yang terjadi dalam sel-sel, terutama dalam sel dan saraf otak. Pendapat ini terkandung dirumuskan terlalu ekstrim, seakan-akan manusia itu hanya kumpulan jasad berbendaan saja.
Apa yang menjadikan semua kegiatan itu suatu gejala belajar..? Kemampuan untuk melakukan itu diperoleh, mengingat mula-mula kemampuan itu belum ada, akan terjadilah proses perubahan dari belum mampu kearah sudah mampu dan proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu. Adanya perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadi proses belajar. Semakin banyak kemampuan yang dimiliki maka semakin banyak pula perubahan yang dialami.
Perubahan hasil belajar itu akan bertahan lama, bahkan sampai taraf tertentu tidak menghilang lagi. Kemampuan yang telah diperoleh, menjadi milik pribadi yang tidak akan terhapus begitu saja. Misalnya seseorang yang telah belajar naik sepeda pada masa anak-anak dia masih akan mampu naik sepeda pada usia dewasa, walaupun sudah lama ia tidak naik sepeda.
Lainlah keadaan, bila orang melupakan sesuatu, orang itu mendapat kesan, bahwa hanya pernah dipelajarinya telah menghilang, jadi seolah-olah hasil belajar tidak berkesan. Namun kesan itu tidak seluruhnya benar, karena dalam ingatannya tetap tinggal sisa-sisa dari apa yang dipelajarinya dahulu. Adanya sisa-sisa itu memungkinkannya untuk mempelajari kembali hal itu lebih mudah dan lebih cepat, dibandingkan dengan orang yang tidak pernah belajar hal itu.
Misalnya seseorang pernah mempelajari suatu bahasa daerah yang bukan bahasa ibunya sendiri, kemudian selama kurun waktu yang lama, bahasa daerah itu tidak digunakannya lagi, sehingga dia sendiri mendapat kesan telah melupakan bahasa itu. Namun bila orang itu mulai mempelajari kembali bahasa daerah itu, dia akan merasa heran sendiri, karena kali ini dia belajar dengan lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan dengan waktu dan usaha yang dibutuhkan untuk mempelajari bahasa itu untuk pertama kali.
Dengan demikian jelaslah kiranya bahwa hasil belajar itu tidak menghilang begitu saja, kecuali bila terjadi proses belajar yang baru atau terjadi kerusakan / kelainan dalam otak yang mengganggu fungsi ingatan.
Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat diselesaikan dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri seorang yang sedang belajar tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang itu. Bahkan hasil belajar seseorang tidak langsung kelihatan, tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar.
Maka berdasarkan perilaku yang disaksikan, dapat ditaruk kesimpulan bahwa seseorang telah belajar. Misalnya sikap hormat sang merah putih pada waktu upacara kenaikan bendera. Menyatakan diri dalam posisi tubuh tegak lurus, sambil mengarahkan pandangan ke bendera yang sedang dikibarkan. Dari perilaku ini dapat disimpulkan bahwa orang itu telah belajar suatu sikap.
Sikap itu adalah kemampuan internal yang bersifat mental / sikap. Karena itu tidak mungkin mengetahui secara pasti apakah kemampuan internal itu ada, kecuali bila orang bertindak atau berbicara.
Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan dalam bergaul dengan orang, dalam memegang benda dan dalam menghadapi peristiwa. Namun tidak sembarangan berada ditengah-tengah lingkungan menjamin adanya proses belajar. Orangnya harus aktif sendiri, melibatkan diri dengan segala pemikiran, kemauan dan perasaannya. Misalnya : Setiap guru mengetahui dari pengalaman bahwa kehadiran siswa dalam kelas, belum berarti siswa tersebut sedang belajar. Selama siswa tidak melibatkan diri, dia tidak akan belajar. Maka supaya terjadi belajar dituntut orang melibatkan diri, harus ada interaksi aktif.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa “belajar” pada manusia boleh dirumuskan sebagai berikut : “Suatu atifitas mental / psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Hilgard dan Bower dalam theories of learning, seperti dikutip Purwanto (1998), mengemukakan. “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dan perubahan tingkah laku tersebut tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respons pembawaan, kematangan, dan keadaan sesaat seseorang. Mislanya kelelahan, atau pengaruh obat.
Berdasarkan beberapa rumusan, bisa dikemukakan beberapa unsur penting yang menjadi ciri atas pengertian mengenai belajar yaitu :
1.       Situasi belajar mesti bertujuan, dan tujuan-tujuan tersebut diterima baik oleh individu maupun oleh masyarakat.
2.       Belajar merupakan perubahan dalam tingkah laku, dan perubahan itu bisa mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, akan tetapi juga ada kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih baik.
3.       Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalu latihanan pengalaman.
4.       Untuk bisa disebut belajar, perubahan itu harus reletif mantap, harus merupakan akhir daripada priode waktu yang cukup panjang. Seberapa lama priode waktu itu berlangsung, sulit ditentukan dengan pasti. Namun perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu priode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan, dan bertahun-tahun.
B. Belajar Sebagai Suatu Proses
Proses dalam belajar merupakan faktor yang paling penting, proses sebetulnya menekankan kreativitas. Pada umumnya, proses berkenaan dengan cara belajar berkembang. Bagaimana siswa bisa bergaul dengan guru dan lain sebagainya.
Soepartinah Pakasi dalam bukunya akan dan perkembangannya (1981) menguraikan beberapa sifat proses belajar sebagai berikut :
1.       Belajar merupakan suatu interaksi antar anak dan lingkungan dari lingkungannya. Si anak memilih apa yang ia butuhkan dan apa yang dapat ia pergunakan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
2.       Belajar Berarti Berbuat Belajar berarti adalah suatau kegiatan, dengan bermain, berbuat, bekarja dengan alat-alat, banyak hal menjadi jelas. Sebab dengan berbuat, anak menghayati sesuatu dengan seluruh indra dan jiwanya.
3.       Belajar Berarti Mengalami Dengan mengalami berulang-ulang, perbuatan menjadi semakin efekif, teknik menjadi makin lancar, konsep makin lama makin terang dan generalisasi makin mudah disimpulkan.
4.       Belajar Adalah Suatu Aktivitas Yang Bertujuan Belajar adalah suatu kreativitas yang dilakukan anak karena adanya dorongan akan kesibukan. Dorongan ini membawa akan ke tingkat perkembangan yang dibutuhkan untuk memahami lingkungannya. Agar ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan itu.
5.       Belajar Memerlukan Motivasi Pemenuhan kebutuhan adalah merupakan motivasi untuk melakukan suatu kegiatan, banyak jenis kebutuhan antara lain kebutuhan untuk memperbaiki prestasi, kebutuhan untuk mendapat kepuasan atas hasil pekerjaan.
6.       Belajar Memerlukan Kesiapan Kesiapan ini merupakan suatu keadaan rohaniah (emosional, intelektual, dan sosial) dalam keadaan ini, anak merasa siap dan sanggup untuk menerima tugas perkembangan atau pelajaran baru.
7.       Belajar Bersifat Integratif Sejak dilahirkan, anak merupakan suatu totalitas dalam perkembangannya. Secara total ia mengadakan interaksi dengan lingkungannya dan segala sesuatu yang mempengaruhinya secara total, demikian juga halnya dengan hasli-hasil belajarnya. ]
Hasil yang diperolehnyaitu tidak “ditambahkan” pada apa yang telah ada didalam dirinya. Tidak demikian, pengalaman baru itu dijalankan dalam rangka pengalaman-pengalaman yang sudah ada padanya, pengertian-pengartiannya, kecakapan-kecakapannya, sikap dan tingkah lakunya. Dijalinkan artinya disatukan dengan yang sudah ada sehingga menjadi bagian yang organis dari kepribadiannya.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal yang sangat pokok. Berdasarkan kemampuan itu, umat manusia telah berkembang selama berabad-abad yang lalu dan tetap terbuka kesempatan luas baginya untuk memperkaya diri dan mencapai tarap kebudayaan yang lebih tinggi.
Dengan belajar manusia akan mengalami banyak perkembangan diberbagai bidang kehidupan, yaitu mengalami perubahan-perubahan mulai dari saat lahir sampai mencapai umur tua.
Rangkaian perubahan paling nampak jelas pada anak sampai mencapai umur dewasa. Misalnya, anak kecil belajar mengenakan pakainnya sendiri, belajar berbicara, belajar membaca dan belajar menulis, belajar mengambil sikap hormat bila mengikuti upacara bendera dan lain sebagainya. Anak remaja belajar membaca naskah bahasa inggris, sehingga mengungkap isinya, belajar mengendarai sepeda motor, belajar bergaul dengan lawan jenisnya, meskipun demikian tidak semua perubahan yang dialami oleh anak kecil dan remaja merupakan hasil proses belajar.
Perubahan-perubahan yang diharapkan adalah perubahan yang bersifat positif, yaitu perubahan yang semakin mengarah ketaraf dewasa.
B.     Saran
Perubahan sikap dari hasil belajar tidaklah langsung dapat dirasakan dan kita lihat, tapi perubahan itu memerlukan waktu dan proses yang sangat panjang. Oleh sebab itu tidak ada kata selesai dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rajawali Pers. 2010.
Alex Sobur, Psikologi Umum, Bandung. CV. Pustaka Setia, 2003
Winkel, Psikologi Pembelajaran, Jakarta. PT Gramedia, 1987
Abu Ahmadi, Munawar Sholeh, Bandung, TP. Rineka Cipta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rencana, Pendekatan, Lingkup dan Setting Penelitian

Pengertian Biaya & Penggolongan Biaya Dalam Perusahaan Manufaktur

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF