CONTOH PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF




DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA BADAN
PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH DI KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA
( Studi Kasus Pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara)

PROPOSAL PENELITIAN

Proposal Ini  diajukan Sebagai Salah
Satu Syarat Untuk  Memperoleh Nilai MID Pada
Mata Kuliah  Metodologi Penelitian Ekonomi




Oleh :

AMIR HAMZAH
A1A1 10 049




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013
  



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Suatu instansi pemerintah didirikan dengan beberapa tujuan, tujuan yang dimaksud adalah melancarkan kegiatan, pelayanan publik, dan memberikan lapangan kerja. Tujuan instansi pemerintah dapat dicapai apabila manajemen mampu mengolah, menggerakkan dan menggunakan sumber daya manusia yang dimilikinya secara efektif dan efisien.
Instansi Pemerintah adalah organisasi yang merupakan kumpulan orang-orang yang dipilih secara khusus untuk melaksanakan tugas Negara sebagai bentuk pelayanan kepada oran banyak. Peranan manusia dalam organisasi sebagai pegawai memegang peranan yang menentukan, karena hidup matinya suatu organisasi pemerintah semata-mata tergantung pada manusia. Pegawai merupakan factor penting dalam setiap organisasi pemerintahan. Pegawai merupakan factor penentu dalam pencapaian tujuan instansi pemerintah secara efektif dan efisien. Pegawai yang menjadi penggerak dan penentu jalannya organisasi.
Pengelolaan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara akan berjalan dengan baik bila pegawai bekerja dengan disiplin. Disiplin harus deterapkan dengan segera dan secepat mungkin serta diterapkan secara konsisten. Demikian pula setiap orang berdisiplin sudah tidak mustahil, baik dalam instansi atau organisasi dimama mereka berkerja akan memperlihatkan sebagai suatu organisasi yang sehat suatu organisasi dengan iklim yang sehat, yang kuat dengan prestasi yang dapat diandalkan.
Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, serta masyarakat pada umumnya. Melalui disiplin akan mencerminkan kekuatan, karena biasanya seseorang yang berhasil dalam karyanya, studinya biasanya adalah mereka yang memiliki disiplin yang tinggi. Seseorang yang sehat dan kuat biasanya pun memiliki disiplin yang baik, dalam arti ia memiliki keteraturan di dalam menjaga dirinya, teratur kerja, teratur makan, tertib olahraga dan tertib dalam segala hal.
Pelaksanaan program kedisiplinan yang dijalankan didalam lembaga/instansi akan membantu untuk mengarahkan dan mengontrol segala tindakan dan perilaku para personil pegawai untuk selalu ada dalam ketentuan-ketentuan yang telah menjadi bagaimana pelaksanaan kedisiplinan yang harus dilakukan dan apakah upaya pelaksanaan kedisiplinan pegawai ini, akan menjadikan para pegawai untuk selalu bertanggung jawab, bekerja tepat waktu, efektif dan efesien, sehingga secara tidak langsung akan mendorong untuk meningkatkan prestasi kerjanya. Selain itu, lembaga/instansi harus memperhatikan sampai sejauh mana pengaruh disiplin kerja terhadap prestasi kerja pegawai,sehingga akan memberikan suatu timbal balik yang positif dalam mewujudkan tujuan organisasi.
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu wujud kepedulian pemerintah terhadap masyarakat untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi seluruh masyarakat yang ada di kota kendari. Pemerintah tidak perlu bersikap lemah dalam menghadapi para pegawai intansi pemerintah. Seorang pemimpin yang lemah bukan hanya akan mengacakan jalannya pemerintahan tetapi juga akan kehilangan rasa hormat dari para bawahannya. Pemerintah telah mempunyai perturan permainan dan harus ditaati bersama, maka pelanggaran terhadap peraturan pemerintah ini haruslah dikenakan tindakan pendisiplinan.
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara bertujuan untuk membantu Bupati dalam merumuskan memimpin, mengkoordinasikan, membina dan mengendalikan tugas-tugas yang bersifat spesifik di bidang Perpustakaan dan Arsip Daerah yang meliuti pengelolaan perpustakaan, arsip daerah dan pendokumentasian serta pelaksanaan ketatausahaan. Pengelolaan perpustakaan dan arsip daerah akan berjalan dengan baik bila pegawai bekerja dengan disiplin. Disiplin harus deterapkan dengan segera dan secepat mungkin serta diterapkan secara konsisten. Demikian pula setiap orang berdisiplin sudah tidak mustahil, baik dalam instansi atau organisasi dimana mereka berkerja akan memperlihatkan sebagai suatu organsasi yang sehat suatu organisasi dengan iklim yang sehat, yang kuat dengan prestasi yang dapat diandalkan.
Samudra Wasrih selaku kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara memaparkan tupoksinya adalah Sekretariat yang menjelaskan bahwa sekretariat mempunyai tugas membantu kepala dalam menyelenggarakan pembinaan dan tata laksana, perencanaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga dan humas serta penerbitan untuk menunjang pelaksanaan tupoksi BPAD Sultra. Setelah itu pemaparan di susul oleh beberapa kepala Bidang yaitu Kabid Deposit, Pengolahan dan Pengembangan Bahan Pustaka dimana bidang tersebut mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan karya cetak dan karya rekam yang diterbitkan/diproduksi di Sulawesi Tenggara dan tentang Sultra di Daerah lain, melaksanakan pengembangan dan pengolahan bahan pustaka, penyusunan Bibliografi daerah, Katalog induk daerah, bahan rujukan berupa indeks, bibliografi subyek, abstrak, kliping dan literatur sekunder lainnya.
Kabid Pembinaan Perpustakaan memaparkan bahwa tugas yang di embankan pada bidangnya adalah melaksanakan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia, pembinaan semua semua jenis Perpustakaan dan Pembudayaan kegemaran membaca. Pada pemaparan selanjutnya oleh Kepala Bidang Layanan Perpustakaan, Pelestarian bahan Pustaka dan Otomasi Perpustakaan, menjelaskan bahwa di bidangnya mengembang tugas menyelenggarakan berbagai jenis Layanan Perpustakaan baik itu layanan bahan perpustakaan berbentuk cetak maupun layanan Perpustakaan digital, layanan referensi, layanan anak dan layanan story telling, layanan internet hostpot/Wifi. Khusus untuk otomasi Perpustakaan mempunyai tugas teknis Perpustakaan berbasis teknologi binformasi dan komunikasi.
Gambar 1.1
SDM Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara

Sumber : Sekretariat Perpustakaan Provinsi Sulawesi Tenggara

Berdasarkan diagram gambar diatas pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki jumlah pegawai 98 orang yang terdiri dari 55 % SMU/SMK, 30 % Diploma, 29 % S1 dan 6 % S2, berdasarkan status kepegawaiaannya terdiri atas 97 orang Pegawai Negeri Sipil, dan 1 Orang Tenaga Honorer.
Tabel 1.2
Rata – Rata Kegiatan Apel Pagi Dan Siang Pegawai Kantor Perpustakaan Dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Enam Bulan Terakhir

No.
Kategori
Jumlah Pegawai
Yang Mengikuti
Yang Tidak Mengikuti
Prensentase
(%)
Hadir
Tidak Hadir
1.       
Apel Pagi
98
80
18
81.6 %
18.3 %
2.       
Apel Siang
98
86
12
87.7 %
12.2 %
3.       
Apel Sore
98
88
10
89.8 %
10.2 %
Sumber : Sekretariat Perpustakaan Daerah

Berdasarkan tabel 1.1 tersebut dapat diketahui bahwa tingkat kehadiran pegawai pada pelaksanaan apel pagi , apel siang dan apel sore yang merupakan salah satu indikator yang dijadikan rujukan dalam pengukuran disiplin hanya mencapai 81.6 % untuk apel pagi, 87.7 % untuk apel siang dan 89.8 % untuk apel sore. Artinya angka tersebut menunjukkan bukti tidak disiplinnya pegawai dalam mematuhi salah satu aturan yang semestinya ditaati sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan data tersebut diatas yang pada kenyataanya dengan jumlah pegawai yang cukup banyak yang ada di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara sering datang terlambat dan berkerja secara tidak optimal dan tidak sesuai dengan ketentuan jam kantor serta kurang memberikan pelayanan yang optimum. Berdasarkan kenyataan tersebut sebelum sesuai dengan teori, maka penulis perlu melakukan penyusunan tugas proposal dengan judul : Disiplin Kerja Pegawai Pada Badan Perpustakaan Dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara ”.

B.      Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi fokus penelitian dalam penyusunan proposal ini antara laian sebagai  berikut :
1.      Pelaksanaan disiplin kerja pegawai Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.
2.      Faktor-faktor yang mendukung kedisiplinan kerja pegawai Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.
3.      Faktor-faktor menghambat kedisiplinan kerja pegawai Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.
C.      Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dikemukakan yaitu sebagai berikut :
1.      Bagaimana pelaksanaan disiplin kerja pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.
2.      Faktor-faktor apa saja yang mendukung kedisiplinan kerja pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.
3.      Faktor-faktor apa saja yang menghambat kedisiplinan kerja pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.
D.      Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini:
1.      Untuk mengetahui pelaksanaan disiplin kerja pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.
2.      Untuk mengetahui factor-faktor pendukung kedisiplinan kerja pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.
3.      Untuk mengetahui factor penghambat kedisiplinan kerja pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.

E.      Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Praktis
1)        Sebagai bahan masukan bagi pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara agar dapat melaksanakan disiplin kerja.
2)        Sebagai bahan masukan bagi manajemen Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan pelakanaan disiplin kerja pegawai.
2.      Manfaat Teoritis
1)        Bagi civitas akademika sebagai perbendaharaan tambahan pengetahuan mengenai sikap disiplin kerja pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.
2)        Bagi penulis sebagai tambahan pengetahuan tentang pelaksanaan disiplin kerja pegawai pada Badan Perpusatakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara.








BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.          Deskripsi Teori
1.                  Hakekat  Disiplin Kerja
Menurut peraturan pemerintah No.53 Tahun 2010 tentang peraturan disiplin pegawai negeri sipil. Mendefinisikan disiplin kerja adalah sikap atau perilaku kesanggupan pegawai negeri sipil untuk mentaati kewajiban dan menghindari larangan yang telah ditentukan dalam peraturan perundang – undangan dan/ atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar akan dijatuhkan hukuman disiplin.
Secara etimologis disiplin berasal dari bahasa inggris “ diciple “ yang berarti pengikut atau penganut pengajaran, latihan dan sebagainya. Sinungan (2005:145). Disiplin merupakan suatu keadaan tertentu dimana orang-orang yang tergabung dalam organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan rasa senang hati. Sedangkan kerja adalah segala aktivitas manusia yang dilakukan untuk menggapai tujuan yang telah ditetapkanya.
Disiplin  itu berasal dari bahasa Latin dari kata “discipline” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Hadisaputro menyatakan bahwa kata disiplin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Ketiga tahun 2001 ada tiga makna: (1) tata tertib (di sekolah, kemiliteran dst); (2) ketaatan kepada peraturan (tata tertib dst); (3) bidang study yang memiliki objek sistem dan metode tertentu.

Dari  ketiga makna tersebut Hadisaputro menyimpulkan bahwa disiplin adalah tata tertib yang seyogyanya dipatuhi, dalam hal ini oleh pegawai negeri sipil dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya (Hadisaputro, 2003: 4).  
Sedangkan Menurut Prijodarminto, (1993:15) mengemukakan “ Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban”. Karena sudah menyatu dengan dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban,bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana lazimnya. Nilai-nilai kepatuhan telah menjadi bagian dari perilaku dalam kehidupannya.
Conzo dalam bukunya Human Resource Management (1991:76) mengemukakan tentang pengertian disiplin sebagai berikut: ”Disiplin kerja adalah suatu kondisi dalam organisasi dimana para karyawan menampilkan dirinya masing-masing sesuai peraturan organisasi dan standar perilaku yang dapat diterima”.
Sedangkan menurut Riva’I (2004:444) mengemukakan pendapat tentang disiplin kerja sebagai berikut:

“Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku”.

Disiplin kerja memerlukan perhatian khusus dan proses prosedur yang seharusnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Davis (1985:367) yang mengemukakan bahwa :
“Disiplin kerja memerlukan perhatian proses yang seharusnya, yang berarti bahwa prosedur harus menunjukan karyawan yang bersangkutan benar-benar terlibat. Keperluan proses yang seharusnya itu dimaksudkan adalah pertama, suatu prasangka yang tak bersalah sampai pembuktian karyawan berperan dalam pelanggaran. Kedua, hak untuk didengar dalam beberapa kasus terwakilkan oleh karyawan lain. Ketiga, disiplin itu dipertimbangkan dalam hubungannya dengan keterlibatan pelanggaran.”

Sejalan dengan tujuan dari penelitian tentang disiplin kerja pegawai yang dilakukan ini, maka dapat dikatakan bahwa salah satu upaya untuk dapat meningkatkan motivasi pegawai adalah dengan diterapkannya disiplin kerja melalui berbagai peraturan dan ketentuan dalam organisasi. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah dengan disiplin preventif dan disiplin korektif.
Pendisiplinan yang bersifat preventif adalah tindakan yang mendorong para karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah ditetakan. Artinya melalui kejelasan dan penjelasan tentang pola sikap, tindakan dan perilaku yang diinginkan dari setiap anggota organisasi diusahakan pencegahan jangan sampai para karyawan berperilaku negatif.
Sedangkan disiplin korektif dilakukan jika ada pegawai yang nyata-nyata telah melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal memenuhi standar yang telah ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi disipliner. Berat atau ringannya suatu sanksi tentunya tergantung pada bobot pelanggaran yang telah terjadi. Pengenaan sanksi dapat mengikuti prosedur yang sifatnya hierarki. Artinya pengenaan sanksi diprakarsai oleh atasan langsung karyawan yang bersangkutan, diteruskan kepada pimpinan yang lebih tinggi dan keputusan akhir pengenaan sanksi tersebut diambil oleh pejabat pimpinan yang memang berwenang untuk itu. Prosedur tersebut ditempuh dengan dua maksud, yaitu bahwa pengenaan sanksi dilakukan secara obyektif dan bahwa sifat sanksi sesuai dengan bobot pelanggaran yang telah dilakukan. Di samping factor obyektivitas dan kesesuaian bobot hukuman dengan pelanggaran, pengenaan sanksi harus pula bersifat mendidik dalam arti agar terjadi perubahan sikap dan perilaku di masa depan dan bukan terutama menghukum seseorang karena tindakannya di masa lalu. Pengenaan sanksi pun harus mempunyai nilai pelajaran dalam arti mencegah orang lain melakukan pelanggaran serupa. Tidak kurang pentingnya untuk memperhatikan bahwa manajemen harus mampu menerapkan berbagai ketentuan yang berlaku secara efektif dan tidak hanya sekedar merupakan pernyataan di atas kertas.
Sikap dan perilaku yang demikian ini tercipta melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman atau pengenalan dari keteladanan dari lingkungannya. Disiplin akan membuat dirinya tahu membedakan hal-hal apa yang seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan, yang boleh dilakukan, yang tak sepatutnya dilakukan (karena merupakan hal-hal yang dilarang).
Prijodarminto, (1993:16) berpendapat “Disipin terbagi pada tiga aspek yaitu sikap mental, pemahaman dan sikap kelakuan”: diuraikan sebagai berikut:
1.      Sikap mental (mental attitude), yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak;
2.      Pemahaman yang baik mengenai sistim aturan perilaku, norma, kriteria, dan standar yang sedemikian rupa,sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketatan akan aturan, norma, kriteria, dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses);
3.      Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesanggupan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.

Dalam sebuah organisasi, diperlukan sebuah pembinaan bagi pegawai untuk mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan yang telah ditetapkan. Dan seorang pimpinan memerlukan alat untuk melakukan komunikasi dengan para karyawanya mengenai tingkah laku para pegawai dan bagaimana memperbaiki perilaku para pegawai dan bagaimana memperbaiki perilaku para pegawai menjadi lebih baik lagi. Dan disiplin kerja yang diterapkan merupakan alat komunikasi pimpinan seperti dikemukakan oleh Rivai (2004:44) yang menyebutkan bahwa :
“ Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma- norma sosial yang berlaku “.

Hal ini sesuai dengan pendapat dari Nawawi (1998:104), menyatakan bahwa
“Disiplin adalah sebagai usaha mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan yang telah disetujui bersama dalam melaksanakan kegiatan agar pembinaan hukuman pada seseorang atau kelompok orang dapat dihindari “.

Sementara itu Sutisna, (1989:109) mendefinisikan disiplin adalah :
a.       Disiplin sebagai suatu proses atau hasil pengarahan atau pengendalian dorongan atau kepentingan demi cita-cita atau untuk mencapai tindakan efektif yang dapat diandalkan;
b.      Pencarian cara-cara bertindak yang terpilih dengan gigih aktif dan diarahkan sendiri sekalipun menghadapi rintangan atau gangguan.

Menurut Irmin ( 2004 : 21 ) memberikan beberapa pengertian tentang disiplin, yaitu :
a.          Perilaku yang menunjukan nilai – nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban.
b.         Perasaan risi atau maludan berdosa kalau melakukan perbuatan yang menyimpang.
c.          Sikap tahu untuk membedakan hal – hal yang seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan, yang boleh dilakukan, dan hal yang tidak boleh dilakukan.
d.         Merupakan sikap taat dan tertip sebagai hasil pengembangan dan latihan pengendalian pikiran dan pengendalian watak.
Sastrohadiwiryo ( 2003 : 291 ) mengatakan disiplin kerja adalah sebagai sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan – peraturan yang berlaku, baik secara tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankan dan tidak mengelak untuk menerima sanksi – sanksi nya apa bila seseorang melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Jika disiplin kerja pegawai tinggi, maka organisasi akan mendapatkan banyak keuntungan dan artinya jika disiplin kerja menurun, maka organisasi akan mendapat banyak kerugian. Hal ini berdampak pada pelayanan terhadap publik.
Disiplin kerja adalah yang memberikan dorongan atau yang menyebabkan pegawai untuk berbuat dan melakukan semua kegiatan sesuai dengan aturan atau norma – norma yang telah ditetapkan (Wursanto,1989:108 ).
Pentingnya peranan disiplin juga dikemukakan oleh Musanef (1994:116) yang berpendapat bahwa:
”Disiplin juga tidak kalah pentingnya dengan prinsipprinsip lainnya artinya disiplin setiap pegawai selalu mempengaruhi hasil prestasi kerja. Oleh sebab itu dalam setiap organisasi perlu ditegaskan disiplin pegawai-pegawainya. Melalui disiplin yang tinggi produktivitas kerja pegawai pada pokoknya dapat ditingkatkan. Oleh sebab itu perlu ditanamkan kepada setiap pegawai disiplin yang sebaik-baiknya”.

Manusia yang sukses adalah manusia yang mampu mengatur dan mengendalikan diri yang menyangkut pengaturan cara hidup dan mengatur cara kerja. Maka erat hubungannya antara manusia sukses dengan pribadi disiplin. Berkaitan dengan disiplin itu sendiri para ahli memiliki bermacam-macam pemaknaan seperti yang diungkapkan oleh Martoyo (2000: 151)
Oleh Sinungan (1997: 135) dijabarkan bahwasanya disiplin adalah sikap kejiwaan dari seseorang atau sekelompok orang yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti/mematuhi segala aturan yang telah ditetapkan. Disiplin juga berarti latihan yang mengembangkan pengendalian diri, watak atau ketertiban dan efisiensi; kepatuhan atau ketaatan terhadap ketentuan dan peraturan pemerintah atau etik, norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat (Sinungan, 1997: 145-146).’
Nitisemito berpendapat bahwa kedisiplinan merupakan suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak (Nitisemito, 1996: 118).
Sedangkan menurut Robbins disiplin kerja dapat diartikan sebagai suatu sikap dan perilaku yang dilakukan secara sukarela dengan penuh kesadaran dan kesediaan mengikuti peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau atasan, baik tertulis maupun tidak tertulis ( Arisandy, 2004: 28).
Menurut Davis disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi. Disiplin pada hakikatnya adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak melakukan sesuatu tindakan yang tidak sesuai dan bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukung dan melindungi sesuatu yang telah ditetapkan. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan disiplin diri, disiplin belajar dan disiplin kerja. Sedangkan disiplin kerja merupakan kemampuan seseorang untuk secara teratur, tekun secara terus-menerus dan bekerja sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dengan tidak melanggar aturan-aturan yang sudah ditetapkan (Aritonang, 2005: 3-4).
Mengenai disiplin kerja Arisandy juga mengemukakan bahwasanya disiplin kerja adalah suatu sikap, perilaku yang dilakukan secara sukarela dan penuh kesadaran serta keadaan untuk mengikuti peraturan yang telah ditetapkan perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis. Perilaku tidak disiplin yang timbul merupakan cerminan dari persepsi negatif karyawan terhadap kontrol yang dilakukan oleh atasan. Sebaliknya perilaku disiplin yang timbul merupakan cerminan dari persepsi positif terhadap kontrol atasan (Arisandy, 2004:28).
Di sisi lain, disiplin kerja merupakan upaya pengaturan waktu dalam bekerja yang dilakukan secara teratur dengan mengembangkan dan mengikuti aturan kerja yang ada (Wardana, 2008: 20).
Menurut Saydam ( 1996 : 286-287 ) menjelaskan bentuk disiplin kerja yang baik yang tergambar pada suasana :
1.        Tingginya rasa kepedulian pegawai terhadap pencapaian tujuan perusahaan.
2.        Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para pegawai dalam melakukan pekerjaan.
3.        Besarnya rasa tanggungjawab para pegawai untuk melaksanakan tugas dengan sebaik – baiknya.
4.        Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi dikalangan pegawai.
5.        Meningkatnya efisiensi dan produktivitas para pegawai.
Sementara itu kelemahan disiplin kerja pegawai terlihat pada suasana kerja sebagai berikut :
1.        Tingginya angka absensi pegawai.
2.        Sering terlambatnya pegawai untuk masuk kantor atau pulang lebih cepat dari jam yang sudah ditentukan.
3.        Menurunnya semangat dan gairah kerja.
4.        Berkembangnya rasa tidak puas, saling curiga dan saling melempar tanggungjawab.
5.        Penyelesaian pekerjaan yang lambat karena pegawai lebih senang mengobrol daripada kerja.
6.        Tidak terlaksananya supervisi dan waskat yang baik.
7.        Sering terjadinya konflik antar pegawai dan pimpinan perusahaan.
Adapun contoh pelaksanaan disiplin kerja yang baik menurut Strauss (1985:214 ) adalah sebagai berikut :
1.       Masuk kerja tepat waktu.
2.       Mentaati instruksi kerja dari supervisor.
3.       Menghindari perkelahian, mabuk dan pencurian.
4.       Mencetakkan jam kerja pada waktu hadir.

Begitu pula Wursanto ( 1985 : 135 ), menyatakan bahwa : “ kinerja yang tinggi dan disiplin yang tinggi akan diperoleh apabila para pegawai terpenuhi kebutuhannya”.
Pada hakekatnya disiplin terdiri dari beberapa unsur yaitu :
1.        Pengetahuan tentang pekerjaan yang harus dilakukan.
2.        Kesadaran bahwa disamping individu adalah sebagai orang yang dipercaya untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sehingga mempunyai rasa tanggungjawab.
3.        Ketaatan dan kepatuhan terhadap segala peraturan dan ketentuan – ketentuan yang berlaku.
4.        Ketertiban dalam melaksanakan apa yang harus dikerjakannya sehingga dapat dihindari penyimpangan –penyimpangan yang mungkin terjadi.
5.        Inisiatif dalam menyajikan apa yang harus dikerjakan sehingga dihindari penyimpangan – penyimpangan yang mungkin terjadi.
6.        Inisiatif yang menunjang kelancaran pelaksanaan tugas – tugasnya , sehingga tidak melakukan seperti halnya melakukan pola kerja hanya itu – itu saja.
7.        Rasa senang hati, tidak terpaksa dan dipaksa.
8.        Dilaksanakannya sanksi dengan sungguh – sungguh (Widodo,1980:60 )
Disiplin bila sudah menyatu dengan dirinya , maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan akan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana mestinya. Dengan demikian disiplin kerja seseorang dalam bekerja merupakan sikap atau perlakuan ketaatan, ketertiban, tanggungjawab dan loyalitas pegawai terhadap segala tata tertib yang berlaku dalam organisasi. Bila pegawai bertindak atau berbuat sesuai dengan keinginan organisasi maka peraturan itu menjadi efektif. Disiplin kerja bila pegawai datang tepat waktu, mempergunakan alat kantor dengan rasa tanggungjawab, hasil pekerjaan memuaskan dan bila bekerja dengan semangat tinggi ( Larterner,1983:71 ).
Berdasarkan pendapat ahli tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kedisiplinan yang dimiliki seorang pegawai maka akan semakin tinggi pula kinerja pegawai.
Konsep Disiplin Kerja Pegawai Menurut pendapat Werther Jr., yang dikutip oleh Manullang (1988:96), menyatakan bahwa ;
”Disiplin adalah upaya manajemen untuk mengusahakan agar karyawan mentaati standar/peraturan-peraturan dalam organisasi. Ia menganggap bahwa disiplin sebagai suatu latihan untuk mengubah dan mengoreksi pengetahuan, sikap dan perilaku sehingga karyawan akan berusaha untuk bekerja sama dan meningkatkan kinerjanya bagi perusahaan”.


Sedangkan menurut Manullang (1988:56) , berpendapat bahwa: ”Disiplin adalah melaksanakan apa yang telah disetujui bersama antara pimpinan dengan para pekerja baik persetujuan tertulis, lisan ataupun berupa peraturan-peraturan dan kebiasaan-kebiasaan”.
Menurut Nitisemito ( 1995 : 106 ) , menyatakan bahwa disiplin adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai denagan peraturan dari organisasi baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Saydam ( 1996 : 284 ) menyatakan bahwa disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati segala norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya. Dari pendapat para ahli tersebut diatas, terlihat dengan jelas faktor – faktor terpenting dari disiplin kerja adalah sikap dan perilaku yang taat dan tunduk pada peraturan yang ada dengan penuh kesadaran. Sehubungan dengan hal tersebut diatas penulis merumuskan disiplin kerja adalah suatu sikap pegawai, tingkah laku pegawai, dan perbuatan pegawai yang sesuai dengan peraturan organisasi baik secara tertulis maupun tidak tertulis.
Moukijat (1984:96) mengemukakan disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional. Secara etiomologis, kata “disiplin” berasal dari kata Latin “diciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Nitisemito (1991:36) mengemukakan disiplin sebagai suatu sikap, perilaku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan, baik tertulis maupun tidak tertulis. Setelah diuraikan beberapa pengertian mengenai disiplin yang dikemukakan oleh beberapa ahli seperti tersebut diatas dapatlah dikatakan bahwa disiplin umumnya diartikan kepatuhan dan ketaatan pada peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan yang berlaku dilingkungan organisasi masing-masing, jika terdapat pegawai yang tidak mematuhi segala peraturan dan ketentuan yang berlaku pada lingkungan kerjanya, berarti tindakan pegawai tersebut dapat dikategorikan sebagai tindakan yang melanggar disiplin.
Dari perspektif organisasi, dapat dirumuskan sebagai ketaatan setiap anggota organisasi terhadap semua aturan yang berlaku di dalam organisasi tersebut, yang terwujud melalui sikap, perilaku dan perbuatan yang baik sehingga tercipta keteraturan, keharmonisan, tidak ada perselisihan, serta keadaan-keadaan baik lainnya. Penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah kesadaran individu dalam bekerja untuk selalu mentaati peraturan yang telah ditetapkan organisasi. Sedangkan beberapa penulis sosiolog, psikolog maupun para administrator dan manager telah merumuskan pengertian tentang disiplin.
Handoko (1992:208) memberikan pengertian disiplin adalah suatu kegiatan manajemen untukmenjalankan standar-standar organisasional. Disiplin merupakan factor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam suatu organisasi. Karena bila karyawan dalam melaksanakan tugas tidak memiliki disiplin kerja yang tinggi, maka hasil yang dicapai tidak akan sesuai sebagaimana yang diharapkan.
Jika dicermati rumusan tentang definisi di atas maka terdapat kesamaan makna disiplin sebagai kesadaran diri atau kekuatan yang berkembang dalam diri sendiri, dan untuk mematuhi atau mentaati nilai, norma, dan peraturan. Definisi disiplin yang dikemukakan diatas memandang disiplin sebagai kepatuhan yang datang secara sadar, sukareala dan ada pengaruh dari luar baik yang bersifat ajakkan ataupun perintah atau paksaan. Kesadaran diri untuk mentaati nilai-nilai, norma, dan peraturan tanpa ada paksaan atau perintah akan menumbuhkan kebebasan berinisiatif, kebebasan untuk mengeluarkan ide, gagasan dan pendapat yang bertanggung jawab.
Sedangkan menurut Hasibuan (2003:193-194) mendefinisikan bahwa :
Kedisiplinan  adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaatai semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kedisiplinan diartikan jika karyawan selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa “ Disiplin kerja adalah suatu sikap mental yang dimiliki oleh pegawai dalam menghormati dan mematuhi peraturan yang ada di dalam organisasi tempatnya bekerja dan dilandasi karena adanya tangung jawab bukan karena keterpaksaan, sehingga dapat mengubah perilaku menjadi lebih baik daripada sebelumnya
Untuk mencapai hasil yang baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, perlu adanya disiplin kerja yang baik dari personil yang bersangkutan. Hasibuan (1996:212) mengemukakan bahwa, “Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya”. Karena hal ini akan mendorong gairah kerja atau semangat kerja, dan mendorong terwujudnya tujuan organisasi. Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi karena tanpa dukungan disiplin personil yang baik, maka organisasi akan sulit dalam mewujudkan tujuannnya. Jadi dapatlah dikatakan bahwa kedisiplinan merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Untuk memelihara dan meningkatkan kedisiplinan yang baik, itu tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi.

2.                  Fungsi Disiplin Kerja
Disiplin kerja sangat dibutuhkan oleh setiap pegawai. Disiplin menjadi persyaratan bagi pembentukan sikap, perilaku, dan tata kehidupan berdisiplin yang akan membuat para pegawai mendapat kemudahan dalam bekerja, dengan begitu akan menciptakan suasana kerja yang kondusif dan mendukung usaha pencapaian tujuan.
Pendapat tersebut dipertegas oleh pernyataan Tu’u (2004:38) yang mengemukakan beberapa fungsi disiplin, antara lain :
a.             Menata kehidupan bersama
b.            Membangun kepribadian
c.             Melatih kepribadian
d.            Pemaksaan
e.             Hukuman
f.             Menciptakan lingkungan kondusif

Disiplin berfungsi mengatur kehidupan bersama, dalam suatu kelompok tertentu atau dalam masyarakat dengan begitu, hubungan yang terjalin antara individu satu dengan individu lain menjadi lebih baik dan lancar.
Disiplin juga dapat membangun kepribadian seorang pegawai lingkungan yang memiliki disiplin yang baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Lingkungan organisasi yang memiliki keadaan yang tenang, tertib dan tenteram sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik. Disiplin merupakan sarana untuk melatih kepribadian pegawai agar senantiasa menunjukan kinerja yang baik sikap, perilaku, dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk dalam waktu yang lama salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui proses latihan. Latihan tersebut dilaksanakan bersama antar pegawai, pimpinan dan seluruh personil yang ada dalam organisai tersebut.
3.                  Faktor-Faktor Disiplin Kerja
Helmi (1996:37)  pembentukkan perilaku dipengaruhi oleh interaksi antara faktor kepribadian dan factor lingkungan (situasional).
1)        Faktor Kepribadian
Faktor yang penting dalam kepribadian seseorang adalah nilai yang dianut. Sistem nilai dalam hal ini yang berkaitan langsung dengan disiplin. Nilai-nilai yang menjunjung disiplin yang diajarkan atau ditanamkan orang tua, guru, dan masyarakat akan digunakan sebagai acuan bagi penerapan disiplin di tempat kerja. Sistem nilai akan terlihat dari sikap seseorang. Sikap diharapkan akan tercemin dalam perilaku.
2)        Faktor Lingkungan
Disiplin kerja yang tinggi tidak muncul begitu saja tetapi merupakan suatu proses belajar yang terus-menerus. Proses pembelajaran agar dapat efektif maka pemimpin yang merupakan panutan perlu memperhatikan prinsip-prinsip konsistensi, adil, bersikap positif dan terbuka. Selain factor kepimpinan, gaji, kesejahteran, dan sistem penghargaan bagi karyawan merupakan factor yang tidak boleh dilupakan.
4.                  Ciri-Ciri Disiplin Kerja
Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa ketaatan terhadap peraturan-peraturan atau ketentuan yang ditetapkan pemerintah atau etik, norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat untuk tujuan tertentu dan kemudian menurut Sinungan disiplin tersebut tercermin dalam pola tingkah laku dengan ciri-ciri sebagai berikut: (a) adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah menjadi norma, etik dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat; (b) adanya perilaku yang dikendalikan; (c) adanya ketaatan (Sinungan, 1997: 145-146). Dari ciri-ciri pola tingkah laku pribadi disiplin tersebut, jelaslah bahwa disiplin membutuhkan pengorbanan baik itu perasaan, waktu, kenikmatan dan lain-lain.
Sedangkan menurut Helmi (1996: 34) terdapat beberapa indikator dari disiplin kerja yang meliputi: (a) disiplin kerja tidak sematamata patuh dan taat terhadap penggunaan jam kerja saja, misalnya datang dan pulang sesuai dengan jadwal, tidak mangkir jika bekerja, dan tidak mencuri-curi waktu; (b) upaya dalam mentaati peraturan tidak didasarkan adanya perasaan takut, atau terpaksa; (c) komitmen dan loyal pada organisasi yaitu tercermin dari bagaimana sikap dalam bekerja. Sebaliknya, perilaku yang sering menunjukkan ketidakdisiplinan atau melanggar peraturan terlihat dari tingkat absensi yang tinggi, penyalahgunaan waktu istirahat dan makan siang, meninggalkan pekerjaan tanpa ijin, membangkang, tidak jujur, berjudi, berkelahi, berpura-pura sakit, sikap manja yang berlebihan, merokok pada waktu terlarang dan perilaku yang menunjukkan semangat kerja rendah.
Dari uraian-uraian di atas disimpulkan bahwa karyawan atau pegawai yang memiliki disiplin kerja terlihat dari adanya rasa kepedulian terhadap pencapaian tujuan perusahaan dengan b erusaha mengikuti peraturan dan bekerja sebaik-baiknya untuk kepentingan perusahaan, adanya semangat, gairah kerja, dan inisiatif dengan mencari ide atau cara untuk menyelesaikan pekerjaan, adanya rasa tanggung jawab dengan berusaha untuk selalu menjaga peralatan kantor dan intropeksi diri bila mengalami kegagalan, adanya rasa memiliki dan rasa solidaritas dengan bekerja sama dan saling memiliki antar rekan kerja, adanya efisiensi dengan menggunakan fasilitas sesuai kebutuhan dan menggunakan waktu secara maksimal.
5.                  Macam-Macam Disiplin Kerja
Ada dua macam disiplin kerja yaiu disiplin diri dan disiplin kelompok.
1)        Disiplin Diri
Disiplin diri menurut Jasin (1996:35) merupakan disiplin yang dikembangkan atau dikontrol oleh diri sendiri. Hal ini merupakan manifestasi atau aktualisasi dari tanggung jawab pribadi, yang berarti mengakui dan menerima nilai-nilai yang ada di luar dirinya. Disiplin diri merupakan proses belajar (sosialisasi) yang berasal dari keluarga dan lingkungan masyarakat. Penanaman nilai-nilai disiplin diri mulai ditanamakan oleh orang tua, guru atau masyarat. Pimpinan juga dapat menjadi model peran yang sangat efektif bagi berkembangnya disiplin diri. Disiplin diri sangat besar perannya dalam mencapai tujuan organisasi. Jika harapan organisasi terpenuhi maka karyawan akan mendapat reward (penghargaan) daro organisasi. Dengan disiplin diri seorang karyawan dapat menghargain diri sendiri dan juga menghargain orang lain.
2)        Disiplin Kelompok
Kegiatan organisasi bukanlah kegiatan yang bersifat individual semata. Selain disiplin diri masih diperlukan disiplin kelompok. Hal ini didasarkan atas pandangan bahwa di dalam kelompok kerja terdapat standar ukuran prestasi yang telah ditentukan oleh perusahaan. Berarti setiap karyawan akan berusaha semaksimal mungkin memenuhi standar prestasi tersebut. Dapat dikatakan bahwa standar ukuran prestasi, salah satunya dengan melalui disiplin yang diterapkan oleh pihak organisasi.

Disiplin kelompok akan tercipta jika disiplin diri telah tumbuh dari dalam diri karyawan. Artinya suatu kelompok akan menghasilkan pekerjaan yang optimal jika masing-masing anggota kelompok dapat memberikan peran yang sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya.
Sementara itu Handoko (1989:208) merumuskan disiplin secara lengkap dalam tiga kategori, yaitu:
1)        Disiplin Preventif
Tindakan yang dilakukan untuk mendorong karyawan agar mentaati ketentuan atau standar dan peraturan sehingga pegawai memiliki disiplin diri sendiri. Jenis disiplin ini menekankan penegakkan disiplin oleh masing-masing karyawan, sementara pimpinan berupaya agar karyawan mengetahui dan memahami standar serta peraturan kerja dengan harapan perilaku dan akan cenderung terarah pada pekerjaan dengan batas wewenang, tugas, dan tanggung jawab serta target kerja tetentu.
2)        Disiplin Korektif
Tindakkan yang dilakukan setelah terjadi satu pelanggaran tertentu, sehingga bisa mencegah pelanggaran lebih lanjut dan perilaku karyawan akan kembali kepada ketentuan standar dan peraturan yang ada. Disiplin korektif ini biasanya berbentuk jenis hukuman tertentu yang disebut dengan tindakkan indisipliner dengan tujuan :
a)        Memperbaiki perilaku karyawan terhadap pelanggaran ketentuan
b)        Mencegah karyawan atau orang lain melakukan pelanggaran yang sama
c)        Mempertahankan kinerja kelompok yang konsisten dan efektif

3)        Disiplin Progresif
Tindakkan pendisiplinan terhadap setiap pengulangan pelanggaran dengan sanksi atau hukuman yang lebih tinggi. Tujuan dari pendisiplinan progresif adalah untuk memberikan kesempatan kepada karyawan yang bersangkutan agar memperbaiki diri sebelum dikenakan hukuman yang lebih serius. Penegakkan disiplin dengan cara ini masih member waktu bagi pimpinan untuk bekerja sama dengan karyawan yang bersangkutan agar memperbaiki kesalahan yang dilakukannya.
Jadi disiplin preventif dilakukan untuk mendorong karyawan agar mentati peraturan, korektif adalah tindakkan yang dilakukan setelah terjadi satu pelanggaran sehingga bisa mencegah pelanggaran lebih lanjut, sedangkan progresif adalah bentuk pendisiplinan dimana karyawan melakukan pengulangan pelanggaran dijatuhkan hukuman yang lebih berat. Tujuannya adalah memberikan kesempatan bagi karyawan untuk memperbaiki diri sebelum terkena hukuman yang lebih serius.
Berdasarkan pembentukannya maka disiplin kerja dapat dibagi menjadi disiplin intrinsik dan disiplin ekstrinsik. Disiplin intrinsik merupakan disiplin kerja yang muncul dari diri seseorang yang dengan kesadaran dan kesukarelannya, taat serta patuh terhadap nilai-nilai, norma dan peraturan, khususnya yang ditetapkan suatu organisasi atau lingkungan dimana karyawan berada. Sedangkan disiplin ekstrinsik adalah disiplin yang muncul karena dipaksa oleh orang lain atau pihak lain di luar dirinya untuk mentaati nilai, norma dan aturan. Biasanya disiplin ini terjadi karena adanya ancaman sanksi dan hukuman.
6.                  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja
Faktor-faktor yang dimaksud menurut Arisandy (2004: 28) dan Muhaimin (2004: 6) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin kerja karyawan yang mencakup: (a) tujuan dan kemampuan yakni pekerjaan yang dibebankan pada seorang karyawan harus sesuai dengan kemampuannya supaya karyawan dapat bekerja dengan sungguh dan disiplin dalam mengerjakan tugasnya; (b) teladan pimpinan yakni teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya; (c) balas jasa yakni untuk mewujudkan kedisiplinan karyawan yang baik maka perusahaan harus memberikan balas jasa yang memang sesuai dengan haknya; (d) keadilan yakni penyamarataan perlakuan terhadap bawahan karena pada dasarnya setiap manusia menganggap dirinya penting dan ingin diperlakukan sama dengan orang lain; (e) pengawasan melekat yakni memberikan pengawasan langsung kepada para bawahan sehingga dengan demikiann para karyawan akan merasa mendapat perhatian, pengarahan dan pengawasan dari atasannya; (f) sanksi hukuman yaitu pemberian sanksi terhadap para karyawan yang terbukti telah melanggar peraturan yang berlaku; (g) ketegasan yaitu ketegasan sikap yang dimiliki oleh atasan untuk menghukum para karyawan yang melakukan kesalahan; (h) hubungan kemanusiaan yaitu hubungan baik yang bersifat vertikal maupun horizontal yakni hubungan antara atasan dengan bawahan maupun hubungan sesama rekan kerja.
Menurut Hasibuan (2006:214) faktor yang mempengaruhi disiplin kerja diantaranya adalah motivasi kerja, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, waskat, sanksi hukuman, ketegasan, dan hubungan kemanusian.

1)        Motivasi Kerja
Motivasi Kerja ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.
2)        Teladan Pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan yang baik, kedisiplinan bawahan pun ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang baik (kurang berdisiplin), para bawahan pun akan kurang disiplin.
3)        Balas Jasa
Balasan jasa (gaji dan kesejahteran) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan atau pekerjannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula.
4)        Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya disiplin kerja karyawan, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan meminta diperlukukan sama dengan manusia lainnya.

5)        Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakkan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan disiplin karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu ada atau hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petujuk, jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
6)        Sanksi Hukuman
Sanksi hukuman sangat berperan penting dalam memelihara disiplin karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang.
7)        Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi disiplinan karyawan perusahaan. Pimipinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap karyawaan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telaah ditetapkan.
8)        Hubungan Kemanusian
Hubungan kemanusian yang harmonis diantara sesama karyawan ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-hubungan baik bersifat vertical maupun horizontal yang terdiri dari direct single relationship, direct group relationship hendaknya harmonis.


B.           Hasil Penelitian Yang Relevan
Pada bagian ini peneliti menyajikan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang relavan dengan masalah yang diteliti :
Samina,(2004:55) dalam penelitiannya disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kantor Camat Mandonga mengemukakan bahwa belum mencapai taraf optimal yang ditujukkan oleh adanya kebiasaan masuk dan pulang kantor tidak sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Sunanda,(2008:62) dalam penelitiannya pelaksanaan disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam meningkatkan etos kerja mengemukakan bahwa factor yang mendukung adalah komitmen pegawai, tingkat pendidikan pegawai, factor pengawasan pimpinan yang efektif, sedangkan factor penghambat adalah keterlambatan dana operasional dan kesadaran sebagian pegawai yang relative masih rendah.
Irawati,(2009:90) dalam penelitiannnya Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkup Kantor Lurah Tobuuha mengemukakan bahwa masih rendahnya motivasi individu dalam bekerja dan kurangnya proses pengawasan dan pemberian contoh perilaku disiplin atasan mereka yang masih rendah. Adanya kelemahan penegakkan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkup Kantor Lurah Tobuuha, hal ini terlihat pada minimnya motivasi yang diberikan kepada pegawai perpustakaan terhadap kebiasaan penegakkan disiplin waktu datang dan pulang kantor sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.



C.          Kerangka Pemikiran
Disiplin kerja merupakan tindakan atau perilaku seseorang terhadap tanggung jawab kegiatan kerjanya. Dimana disiplin kerja adalah suatu upaya menggerakkan karyawan dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap memenuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada organisasi.
Pembahasan disiplin pegawai berangkat dari pandangan bahwa tidak ada manusia yang sempurna, luput dari kekhilafan dan kesalahan. Oleh karena itu setiap organisasi perlu memiliki berbagai ketentuan yang harus ditaati oleh para anggotanya, standar yang harus dipenuhi. Disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Dengan perkataan lain, tujuan dari disiplin pegawai adalah untuk memberikan pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku pegawai sehingga para pegawai tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara kooperatif dengan para pegawai lain serta meningkatkan prestasi kerjanya.
Dalam pelaksanaannya, memotivasi pegawai dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode motivasi, yaitu motivasi langsung dan motivasi tak langsung. Motivasi langsung adalah motivasi yang diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, bonus, dan bintang jasa. Sedangkan motivasi tak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan  fasilitas-fasilitas  yang  mendukung  serta menunjang  gairah  kerja   atau                                                                              
kelancaran tugas sehingga para karyawan betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya. Misalnya, kursi yang empuk, mesin-mesin yang baik, ruangan kerja yang terang dan nyaman, suasana pekerjaan yang serasi, serta penempatan yang tepat. Motivasi tidak langsung besar pengaruhnya untuk merangsang semangat bekerja karyawan sehingga prestasi kerjanya baik.
Motivasi itu sendiri terdiri dari dua jenis motivasi, yaitu motivasi positif dan motivasi negatif. Motivasi positif maksudnya memotivasi karyawan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di atas standar. Dengan motivasi positif, semangat kerja karyawan akan meningkat karena umumnya manusia senang menerima yang baik-baik saja. Dan motivasi negatif maksudnya memotivasi karyawan dengan standar mereka akan menerima hukuman. Dengan motivasi negatif ini semangat bekerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik. Namun, penggunaan kedua jenis motivasi ini harus tepat dan seimbang supaya dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan. Dan manajer harus konsisten dan adil dalam menerapkannya.
Sejalan dengan tujuan dari penelitian tentang disiplin kerja dan motivasi pegawai yang dilakukan ini, maka dapat dikatakan bahwa salah satu upaya untuk dapat meningkatkan motivasi pegawai adalah dengan diterapkannya disiplin kerja melalui berbagai peraturan dan ketentuan dalam organisasi. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah dengan disiplin preventif dan disiplin korektif. Pendisiplinan yang bersifat preventif adalah tindakan yang mendorong para karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah ditetakan. Artinya melalui kejelasan dan penjelasan tentang pola sikap, tindakan dan perilaku yang diinginkan dari setiap anggota organisasi diusahakan pencegahan jangan sampai para karyawan berperilaku negatif. Sedangkan disiplin korektif dilakukan jika ada pegawai yang nyata-nyata telah melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal memenuhi standar yang telah ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi disipliner. Berat atau ringannya suatu sanksi tentunya tergantung pada bobot pelanggaran yang telah terjadi. Pengenaan sanksi dapat mengikuti prosedur yang sifatnya hierarki. Artinya pengenaan sanksi diprakarsai oleh atasan langsung karyawan yang bersangkutan, diteruskan kepada pimpinan yang lebih tinggi dan keputusan akhir pengenaan sanksi tersebut diambil oleh pejabat pimpinan yang memang berwenang untuk itu. Prosedur tersebut ditempuh dengan dua maksud, yaitu bahwa pengenaan sanksi dilakukan secara obyektif dan bahwa sifat sanksi sesuai dengan bobot pelanggaran yang telah dilakukan.
Di samping factor obyektivitas dan kesesuaian bobot hukuman dengan pelanggaran, pengenaan sanksi harus pula bersifat mendidik dalam arti agar terjadi perubahan sikap dan perilaku di masa depan dan bukan terutama menghukum seseorang karena tindakannya di masa lalu. Pengenaan sanksi pun harus mempunyai nilai pelajaran dalam arti mencegah orang lain melakukan pelanggaran serupa. Tidak kurang pentingnya untuk memperhatikan bahwa manajemen harus mampu menerapkan berbagai ketentuan yang berlaku secara efektif dan tidak hanya sekedar merupakan pernyataan di atas kertas.










Gambar 1.3
Alur Pemikiran

Variabel

Sub Variabel

Implementasi

Sasaran
Disiplin Kerja

Teladan Pimpinan
1.      Tujuan dan Kemampuan
2.      Hubungan Kemanusiaan
Motivasi Kerja Pegawai
Pengawasan Melekat
1.      Pengawasan
2.      Sanksi Hukuman
Umpan Balik

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pentingnya disiplin kerja untuk menyalurkan, mengarahkan atau mendorong seseorang untuk bekerja giat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan apa yang diharapkan, kemudian  pada akhirnya motivasi pegawai suatu organisasi tercapai.
D.                Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada kerangka pemikiran diatas maka dapat ditarik hipotesis yang merupakan suatu jawaban sementara atas penelitian yang dilakukan, yaitu:
1.            Teladan pimpinan dalam disiplin kerja berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai.
2.            Pengawasan melekat dalam disiplin kerja berpengaruh terhadap motivasi kerja  pegawai.
3.            Teladan pimpinan dan pengawasan melekat dalam disiplin kerja secara simultan berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai.


BAB III
METODOLOGI  PENELITIAN
A.      Lokasi Penelitian
lokasi penelitian adalah Badan Perpustakan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. Alasan peneliti pemilihan lokasi ini karena pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki jumlah pegawai yang cukup banyak, sehingga di butuhkan disiplin kerja yang tinggi dari seluruh personil pegawai Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan terhadap masyarakat sebagai pengunjung perpustakaan.

B.       Pendekatan Penelitian
Pendekatan  yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif.

C.      Tempat dan Waktu Penelitian
1.      Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara.
2.      Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 15 Maret 2013 - selesai

D.      Jenis  Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Sedangkan untuk sumber data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat secara langsung dari sumber-sumber pertama baik dari individu maupun dari kelompok. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data sekunder dari penelitian ini penulis dapatkan dari data Perpustakan dan Arsip Daerah, mempelajari buku-buku yang berhubungan dan laporan-laporan ilmiah terdahulu.
Jenis data dalam penelitian ini terdiri atas :
1.      Rekaman Audio dan Video
Rekaman audio dan video digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data peneliti melakukan wawancara dengan para informan atau sumber data. Selain itu, dengan pertimbangan agar data yang diperoleh tidak hilang, rusak, dan hasil wawancara dengan sumber data tidak dapat ditulis dengan sempurna bila peneliti harus menulis dengan buku catatan.
2.      Catatan Lapangan
Dalam penelitian ini  catatan lapangan digunakan untuk mendokumentasikan semua gejala-gejala atau fenomena situasi social yang tampak selam peneliti berada dilokasi penelitian. Catatan terdiri atas dua bagian, yakni (1) deskripsi yaitu tentang apa yang sesungguhnya kita amati, yang benar-benar terjadi menurut apa yang kita lihat, dengar dan amati dengan alat indra , dan (2) komentar, tafsiran, refleksi, pemikiran atau pandangan sesuatu yang kita amati. Deskripsi ialah uraian obyektif tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa yang kita lihat dan dengar, tanpa diwarnai oleh pandangan atau tafsiran kita. Komentar adalah pandangan, penilaian, penafsiran terhadap sesuatu. Misal dalam suatu kelas, ada seoarang siswa yang mengantuk dan berusaha untuk menahan rasa kantuk tersebut untuk memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru. Fenomena tersebut adalah sebuah deskripsi (kenyataan) tentang proses belajar dikelas, tetapi bila kita mengatakan malas, maka hal tersebut sudah termasuk penafsiran.
3.      Dokumentasi
Data dokumentasi digunakan peneliti untuk memperkuat hasil temuannya atau wawancara, dokumen-dokumen, dan arsip-arsip yang berguna dalam penlitian ini. Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali informasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoritik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna. Artinya bahwa Pengumpulan data melalui teknik ini dimaksudkan untuk melengkapi hasil data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi. Dengan analisis dokumen ini diharapkan data yang diperlukan menjadi benar-benar valid. Dokumen yang dapat dijadikan sumber antara lain foto, laporan penelitian, buku-buku yang sesuai dengan penelitian, dan data tertulis lainnya.
4.      Foto/Gambar
Foto digunakan peneliti untuk mengabadikan kondisi atau momen penting yang berguna bagi penelitian ini. Dengan menggunakan foto akan dapat mengungkap suatu situasi pada detik tertentu sehingga dapat memberikan informasi deskriptif yang berlaku saat itu. Foto dibuat dengan maksud tertentu, misalnya  untuk melukiskan kegembiraan atau kesedihan, kemeriahan, semangat dan situasi psikologis lainya. Foto juga dapat menggambarkan situasi sosial seperti kemiskinan daerah kumuh, adat istiadat, penderitaan dan berbagai fenomena sosial lainya. Selain foto, bahan statistik  juga dapat dimanfaatkan sebagai dokumen yang mampu memberikan informasi kualitatif, seperti jumlah guru, murid, tenaga administrasi dalam suatu lembaga atau organisasi. Data ini sangat membantu sekali bagi peneliti dalam menganalisa data, dengan dokumen-dokumen kualitatif ini analisa data akan lebih mendalam sesuai dengan kebutuhan penelitian.

E.       Sumber Data Penelitian
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument utama dalam penelitian adalah manusia atau peneliti itu sendiri, Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Unsur manusia sebagai instrumen kunci
2.      Unsur informan yang terdiri dari : Kepala Bagian Perpustakaan, Sekretaris, Bendahara dan seluruh personil pegawai Perpustakaan.
3.      Unsur non manusia sebagai data pendukung penelitian
F.       Teknik Penentuan Informan
Dalam penelitian ini, peran informan sangat penting dan perlu. Untuk menentukan informan dalam konteks objek penelitian diklasifikasikan berdasarkan kompetensi tiap-tiap informan. Teknik penentuan informan dilakukan secara purposif. Usia dan peran informan menjadi salah satu kunci untuk memperoleh informasi yang memadai. Jumlah informan menjadi pengecualian ketika informasi yang diperoleh sudah dipandang memadai sehingga pencaharian informasi “data” dapat dihentikan.
Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive (pengambilan informan berdasarkan tujuan). Teknik penentuan informan ini adalah siapa yang akan diambil sebagai anggota informan diserahkan pada pertimbangan pengumpul data yang sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Menurut Faisal teknik pengambilan sampel purposif adalah: Pengambilan informan berdasarkan informan penelitian. Penentuan informan dalam penelitian ini berdasarkan objek yang diteliti dan berdasarkan keterkaitan informan tersebut dengan penelitian. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan yang berkaitan dengan disiplin kerja pegawai di Badan perpustakaan dan arsip daerah sulawesi tenggara dalam melaksanakan program kerja.
G.      Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada beberapa jenis pengumpulan yang digunakan penulis yaitu:
1.      Observasi /Pengamatan yaitu  dengan melakukan pengamatan dilokasi penelitian. Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang proses penerapan disiplin kerja yang diterapkan dilingkungan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara dan aplikasinya yang saat ini dijalankan oleh seluruh pegawai Badan Perpustakaan.
2.      Wawancara, yang merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung kepada responden, dalam hal ini kepada pegawai Observasi, yang merupakan metode pengumpulan data dengan cara pengamatan dan pencatatan terhadap data yang ditemukan di lapangan.
3.      Dokumentasi,yakni melakukan pencatatan berbagai dokumen yang ada. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data tentang prosedur pencatatan daftar hadir dan daftar hadir pada kegiatan/acara khusus pegawai, dan daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3) atau dengan berkomunikasi langsung untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini. Data primer yang dikumpulkan dari responden yang ada tentang disiplin kerja dan semangat kerja pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara
H.      Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif Kualitatif, menurut Miles dan Huberman (1992)  bahwa analisis deskriptif melalui tiga alur, yaitu :
1.      Data reduction
2.      Data display
3.      Conclusion drawing/verification
Sesuai data yang diperoleh di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara. Maka peneliti ini menggunakan teknik analisis data kualitatif diskriptif yang berpedoman pada berfikir induksi dan deduksi. Menurut sanapiah penelitian kualitatif dapat melakukan analisis data sejak pengumpulan data sampai data terkumpul seluruhnya. Sebelum data dianalisis oleh peneliti terlebih dahulu diolah ( data proccesing ) kemudian dilakukan proses editing yaitu data diperiksa terlebih dahulu oleh penelliti secara seksama kemudian dilanjutkan denbgan pemberian kode agar mempermudah dalam analisis data. Dalam menganalisis data, penelitian menggunakan model analisis interaktif (interactive model) yang mengandung empat komponen yang saling berkaitan yaitu ( pengumpulan data, penyederhanaan data, pemaparan data dan penarikan dan pengajuan simpulan ).
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan mulai sejak awal sampai sepanjang proses penelitian berlangsung, dalam penelitian ini di gunakan analisis data dengan menggunakan model interaktif melalui tiga prosedur yaitu :
1.        Reduksi data sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan, data dihimpun dari berbagai sumber dilapangan, disederhanakan dan disimpulkan.
2.        Penyajian data dimaksudkan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian kita dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Hal  ini dilakukan untuk memudahkan bagi peneliti melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian, sehingga dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan.
3.        Menarik kesimpulan/verivikasi, merupakan satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh selama penelitian berlangsung, sedangkan verivikasi meerupakan kegiatan pemikiran kembali yang melintas di pemikiran penganalisis selama peneliti mencatat, atau suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan atau peninjauan kembali serta tukar pikiran diantara teman sejawat untuk mengembangkan “intersubjektif” dengan kata lain makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokkannya (validitasna).
Prosedur analisis dilakukan dengan tiga fase tersebut di gambarkan oleh Miles and Huberman dalam sugiyono (2012:335) yang disebut sebagai “Model Interaktif” seperti digambarkan berikut ini :
Gambar 1.4
Analisis Model Interaktif
Data Collection
Data Display
 



Data Reduction
                                                                                                                 
Conclusions :
Drawing/verifyng
 





Analisis data dalam penelitian kualitatif menurut sumber diatas dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data terhadap jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis belum memuaskan maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu sampai diperoleh data yang dianggap kredibel. Aktivitas dalam analisis data kualitatif  dilakukan  dengan cara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sapai tuntas.
Data yang dikumpulkan oleh peneliti dari fokus yang ada baik melalui wawancara, observasi dan data dokumentasi direduksi dengan merangkum, melakukan pemilihan hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Setelah data direduksi naka langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan verfikasi. Kesimpulan dalam penelitian kuyalitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada, temuan berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan dan verifikasi agar memudahkan peneliti melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian, sehingga data tersebut bisa ditarik kesimpulan atau pengambilan tindakan yang utuh selama penelitian berlangsung.
I.         Pengecekkan Keabsahan Data
Pengecekkan keabsahan data dapat digunakan empat teknik pemeriksaan, yaitu :
1)        Derajat Kepercayaan ( Credibility )
Beberapa yang ditempuh agar kebenaran hasil penelitian ini dapat dipercaya adalah :
a)        Perpanjangan keikutsertaan
Dalam penelitian ini, perpanjangan keikutsertaan dilakukan melalui aktifitas untuk membuat temuan dan interpretasi yang akan dihasilkan lebih terpercaya. Contoh : kegiatan dengan memperpanjang masa observasi/pengamatan dilapangan, wawancara lagi dengan sumber data yang  pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan keikutsertaan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi antarapeneliti dengan subyek yang diteliti. Perpanjangan keikutsertaan ini dengan mengamati dan mewawancarai mengenai kegiatan keagamaan,pelaksanaan kegiatan keagamaan, jadwal kegiatan keagamaan jenis kegiatan keagamaan, motivasi dari pimpinan Perpustakaan dan juga motivasi dari pihak-pihak lain yang berwenang di dalamnya. Pelaksanaan program itu dilaksanakan dengan cara teknik pengumpulan data, mempelajari data yang terdapat dalam arsip-arsip, dokumen-dokumen serta bebrapa tempat lainnya yang menjadi sumber data sekunder penelitian ini, maka peneliti mengetahui secara mendalam tentang permasalahan yang terjadi. Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi untuk menjaga kredibilitas dalam penelitian.
b)        Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur yang sangat relevan dengan persoalan yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Contohnya : melakukan pengamatan secara terus menerus terhadap obyek yang diteliti, seperti kegiatan-kegiatan yang di adakan di lingkungan perpustakaan.  Yang diamati juga bagaimana kendala yang dihadapi dan manfaat dari kegiatan-kegiatan itu. Disini peneliti mengadakan observasi secara terus menerus, sehingga memahami gejala dengan lebih mendalam sehingga mengetahui aspek yang penting, terfokus dan relevan dengan topik penelitian. Dengan ketekunan pengamatan, maka peneliti dapat melakukan pengecekkan kembali apakah data yang ditemukan itu salah atau tidak dan peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
c)        Triangulasi
Triangulasi sebagai pengecekkan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu. Triangulasi dilakukan dengan menggunakan sumber, metode dan teori. Triangulasi sumber digunakan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari seorang informan dengan informan lainnya, seperti membandingkan sumber informan dari Kepala bagian Perpustakaan ,Sekretaris Perpustakaan, Bendahara Perpustakaan, Bagian Administrasi, Bagian Pergudangan dan Informan lainnya. Triangulasi  metode dilakukan dengan cara pengumpulan data yang beredar, seperti observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan data dokumen peneliti kumpulkan kemudian dianalisa, mulai dari latar belakang, pengorganisasian dan pelaksanaan. Sedangkan triangulasi teori adalah pengecekkan data dengan membandingkan teori-teori yang dihasilkan para ahli yang dianggap sesuai dan sepadan melalui penjelasan banding, kemudian hasil peneliti dokonsultasikan dengan subyek peneliti sebelum dianggap mencukupi.

Gambar 1.4
Triangulasi teknik pengumpulan data bermacam-macam dari sumber yang sama
Observasi Partisipatif
                                                                                         
 


Sumber Data
                                                                                                        
Wawancara Mendalam
Dokumentasi
 







Gambar 1.5
Triangulasi sumber pengumpulan data ( satu teknik pada bermacam-macam sumber data.
A
       
Wawancara Mendalam
B
C
 







d)       Kecukupan referensi
Pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Contohnya, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto, video, taperecorder. Alat-alat bantu perekam data dalam penelitian kualitatif sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan penelitian, sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik, sehingga menjadi lebih dapat dipercaya.
e)      Pengecekkan anggota
Proses ini akan peneliti lakukan pada akhir wawancara dengan mengecek ulang secara garis bsar berbagai hal yang telah disampaikan oleh informan dan obyek yang diteliti. Seperti data hasil wawancara dengan kepala Badan Perpustakaan, Sekretaris Perpustakaan, Bendahara Keperpustakaan.

2)        Keteralihan ( transferability )
Berfungsi untuk membangun keteralihan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara “uraian rinci “ untuk menjawab persoalan sampai sejauh mana hasil penelitian dapat ditransfer pada beberapa konteks lain. Dengan teknik ini peneliti akan melaporkan hasil penelitian seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan dengan mengacu pada fokus penelitian.
3)        Kebergantungan (dependability)
Depenability disebut reliabilitas. Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif,uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian kelapangan, tetapi bisa memberikan data. Untuk itu pengujian depenability oleh dosen pembimbing terhadap keseluruhan aktifitas peneliti dalam melakukan penelitian harus dilakukan. Bagaimana peneliti mulai menemukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data,melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh peneliti. Kriteria menilai apakah proses penelitian bermutu atau tidak,atau penelitian itu valid atau tidak. Dalam penelitian kualitatif alata uatama yang digunakan adalah peneliti sendiri, dengan demikian peneliti akan berusaha bersungguh-sungguh dalam mengumpulkan dan menganlisa data yang ada sesuai dengan fokus penelitian yang dibuat. Dan untuk mengecek kepastian apakah hasil penelitian tersebut benar atau salah, maka peneliti akan selalu mendiskusikan dengan dosen pembimbing.
4)        Konfirmabilitas
Pengujian konfirmabilitas dalam penelitian kualitatif disebut uji obyektifitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Menguji konfirmabilitas berarti menguji hasil oenelitian yang dikaitkan dengan proses penelitian yang dilakukan.
Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang telah dilakukan dengan cara mengecek data, informasi dan hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakkan audit. Dalam pelacakkan audit ini peneliti menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan, seperti data lapangan berupa : catatan lapangan dari hasil pengamatan peneliti tentang Disiplin kerja pegawai pada badan Perpustakaan dan arsip daerah sulawesi tenggara. Dengan demikian pendekatan konfirmabilitas lebih menekankan pada karakteristik data yang menyangkut kegiatan para pengelolanya dalam mewujudkan konse tersebut. Upaya ini bertujuan mendapatkan kepastian bahwa data yang diperoleh benar-benar obyektif, bermakna, dapat dipercaya, faktual dan dapat dipastikan.









J.        Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
CONTOH JADWAL PENELITIAN KUALITATIF
No
Kegiatan
Bulan Ke :
1
2
3
4
5
6
7
8
1.       
Penyusunan Proposal








2.       
Diskusi Proposal








3.       
Memasuki Lapangan, Grand Tour dan Minitour Question, Analisis Domain








4.       
Menentukan Fokus, Minitour Question, Analisis Taksonomi








5.       
Tahap Selection, Structural Question, Analisis Komponensial








6.       
Menentukan Tema, Analisis Tema








7.       
Uji Keabsahan Data








8.       
Membuat Draf Laporan Penelitian








9.       
Diskusi Draf Laporan








10.   
Penyempurnaan Laporan









 







DAFTAR PUSTAKA













DAFTAR PUSTAKA
Ahiri,Jafar.2013.Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif. Pendidikan Ekonomi,
Ahmad, M. D. 1995. Hubungan antara Religiusitas dan Disiplin Kerja pada Karyawan Beragama Islam di PT Cipta Mandiri Fingerindo Kendal. Skripsi. (tidak diterbitkan) Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.

Ani, Fauziyah. 2005. Pengaruh Pengawasan Kerja dan Disiplin Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi Pelintingan di Perusahaan Rokok Kretek Sukun Mc Wartono Kudus (online) lib.unnes.ac.id/420/ diakses pada 5 April 2013
Anoraga, Pandji. 2000. Manajemen Bisnis. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
_____________. 2004. Psikologi Kerja. Jakarta: Asdi Mahasetya
Arikunto, Suharsini. 2003. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Budiyono. 2008. Pengaruh Disiplin Kerja dan Fasilitas Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada PT. Karya Gemilang Surakarta (online) td.eprints.ums.ac.id/2931/1/B100040241.pdf diakses pada tanggal 5 April 2013
Budi Paramita,1992, Pendekatan Disiplin dalam Peningkatan Produktivitas Kerja,Aksara Baru, Jakarta

Davis, Keith dan Newstroom, W.John. 2000. Perilaku dalam Organisasi Jilid Kedua. Jakarta: Erlangga
Fathoni, Abdurrahmat, 2006. Metode penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta : Rineka Cipta.

Gie, The Liang, 1995, Efisiensi Kerja bagi Pembangunan Negara : Suatu Bunga Rampai Bacaan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Gomes, F.C., 2002,Manajemen Sumber Daya Manusia, Andi, Yogyakarta.
Handoko,Hani T,1984,Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,BPFE,Yogyakarta.
Hariandja, Marihot Tua Efendi , 2002 , Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama, PT. Grasindo, Jakarta.
Hasibuan, Melayu, SP., 1997, Organisasi dan Motivasi, Dasar Peningkatan Produktifitas, Bumi Aksara, Cetakan Pertama, Jakarta.
Hasibuan,Melayu,SP.,2000,Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara,Jakarta.
Hasibuan, Malayu.S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara
Handoko, T.Hani. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Personalia. Yogyakarta: BPFE UGM
Helmi. 2006. Buletin Psikologi Edisi Khusus Ulang Tahun Ke XXXIII No.2. Yogyakarta: Fakultas PSikologi UGM
_____. 2008. Ciri Orang Berdisiplin (online) http://www.avin.staff@ugn.ac.id diakses pada 5 April 2013
Kusumadiantho, Herman. 2000. Jurnal Universitas Pelita Harapan Volume i dan ii. Jakarta: BPFE UPH
Leap, Terry L and Michael D. Crino. 1989. Personnel Human Resource Management. USA: Macmillan Publishing Company
Leteiner & Levin, Terjemahan Soejono. Disiplin Kerja Karyawan (online) http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/490/jbptunikompp-gdl-andisetiad-24496- 4-unikom_a-i.pdf diakses pada 5 April 2013
Lubis. 2011. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Karyawan PTPN IV Unit Kebun Mayang (online) http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29029/5/Chapter%20I.pdf diakses pada 5 April 2013
Lubis, Sylviani. 2011. Pengaruh Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Keamanan Kerja dan Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi PT. Sinar Oleochemical Internasional (SOCI) Mas Medan (TESIS). Medan: Universitas Sumatera Utara
Laiterner, Alfred R, 1983, Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerja, aksara Baru, Jakarta.
Manulang, ML, 1988 , Dasar-dasar Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Matutina, Domi. 2001. Manajemen Personalia. Jakarta: Pt. Rineka Cipta
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Moenir,1987,Pendekatan Manusiawi dan Organisasi terhadap Pembinaan Kepegawaian, Gunung Agung, Jakarta.
Musanef, 1994, Manajemen Kepegawaian di Indonesia, Gunung Agung, Jakarta.
Panggabean, Murtiana S. , 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta
Saminah ,W.O.2004. Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Di Kantor Kecamatan Mandonga. Studi Kasus : Kantor Camat Mandonga Kota Kendari. Disertasi tidak diterbitkan. Kendari : Program Sarjana Pendidikan-UNHALU
Saydam, Ghozali,1996,Manajemen Sumber Daya Manusia, Binarupa, Jakarta.
Siahaan, Elfrida J. 2002. Pengaruh Koordinasi Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada PT. Jakarana Tama Medan. Medan: Fakultas ilmu Sosial Universitas Negeri Medan
Sinungan, Muchdarsyah. 2005. Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara
Sirait, Justin T. 2006. Memahami Aspek- aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta: PT. Grasindo
Suara Merdeka. 2008. Ciri- ciri Orang produktif (online) http://www.suaramerdeka.com diakses pada 5 April 2013
Suma’mur. 2005. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakan Kerja.
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta,2005.
Surisna. 2007. Manajemen Organisasi. Jakarta: Jaya Sakti
Sutrisno. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana prenada Media
Simanjutak,Payaman J.,1985,Produktivitas kerja,Pengertian dan Ruang Lingkupnya,Lembaga Sarana Informasi Usaha dan Produktivitas,Jakarta.
Triguno,2000, Budaya Kerja, PT Golden Terayon Press, Jakarta.
Wahjosumidjo,1987,Kepemimpinan dan Motivasi, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Wexley,Kenneth,N dan Yukl,Gary, terjemahan Muh Shobaruddin, 2000, Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia, Rineka Cipta, Jakarta.
Widodo, WS, 1980, Administrasi Kepegawaian, BPA,UGM,Yogyakarta.
Widdodo,Joko,2004,Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja,Banyumedia Publishing,Malang.
Wursanto,IC,1985,Dasar – dasar Manajemen Personalia,Pustaka Dian, Jakarta.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rencana, Pendekatan, Lingkup dan Setting Penelitian

Pengertian Biaya & Penggolongan Biaya Dalam Perusahaan Manufaktur